dengan k adalah konstanta Boltzmann dan T adalah temperatur absolut dari material.
Pada kesetimbangan termal, berlaku 1
e
2 1
e
2 N < g N / g , dimana ini terjadi pada kondisi
yang umum/normal. Namun jika kondisi ketidaksetimbangan dicapai ( 1
e
2 1
e N2 > g N / g ),
maka material berperilaku sebagai penguat (amplifier), yang berarti terjasi inversi
populasi. Sehingga material ini dapat digunakan sebagai bahan aktif dari Laser.
Jika frekuensi transisi ν0 = (E2 − E1 )/ kT berada pada daerah gelombang mikro,
maka tipe material penguat ini disebut maser amplifier, dan jika berada pada daerah
optik, maka disebut laser amplifier.
Untuk membuat suatu osilator dari amplifier, maka diperlukan suatu feedback
positif yang sesuai. Dalam daerah gelombang mikro, hal ini dilakukan dengan
menempatkan bahan aktif dalam resonant cavity yang memiliki frekuensi ν0. Dalam
kasus Laser, feedback sering diperoleh dengan menempatkan bahan aktif diantara dua
cermin pemantul (reflecting mirrors), seperti cermin bidang yang sejajar.
Dalam kasus ini, gelombang bidang EM menjalar dalam arah yang tegak lurus dari
cermin, sehingga terjadi pemantulan oleh kedua cermin, dan dikuatkan pada setiap
lintasan melalui bahan aktif. Jika cermin-2 dibuat transparan sebagian, maka berkas
cahaya output akan diperoleh dari cermin-2.
Agar dapat diproduksi inversi populasi dalam bahan aktif, maka interaksi antara
cahaya dengan material/bahan harus cukup kuat, mungkin dengan menggunakan lampu
berintensitas cukup tinggi pada frekuensi ν = ν0. Karena pada kesetimbangan termal
( )( ) 1 1 2 2 N / g > N g , absorpsi lebih dominan daripada emisi terstimulasi, maka cahaya
datang akan lebih banyak menghasilkan transisi 1→2 daripada 2→1, sehingga
diharapkan akan terjadi inversi populasi. Namun kenyataannya tidak pernah terjadi
(setidaknya pada kasus steady state). Jika g2N2 = g1N1, proses absorpsi dan emisi
terstimulasi saling mengkompensasi, sehingga material menjadi transparan. Keadaan
ini disebut two-level saturation. Populasi inversi tidak akan pernah bisa dihasilkan oleh
material dengan dua tingkatan energi (two-level).
Agar terjadi inversi populasi, maka harus dilakukan pada three-level atau fourlevel,
seperti ditunjukkan pada Gb. 1.4.
Dalam laser three-level, atom-atom tereksitasi ke tingkatan/level-3, kemudian meluruh
dengan cepat ke level-2, sehingga inversi populasi terjadi antara level-2 dan level-1,
maka terjadilah laser. Dalam laser four-level, atom-atom tereksitasi dari keadaan dasar
(level-0) ke level-3, kemudian meluruh secara cepat ke level-2 dan terjadi inversi
populasi antara level-2 dan level-1, sehingga terjadi emisi terstimulasi (laser).
Peluruhan cepar dapat terjadi dari level-1 ke level-0 yang umumnya non-radiatif. Jika
dibandingkan antara kedua sistem laser diatas, maka jelas, bahwa inversi populasi lebih
mudah terjadi pada four-level daripada three-level laser.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar